Tahukah kita, jika masyarakat Maluku hampir 1,5 kali lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan masyarakat di provinsi lain? Masyarakat Maluku harus mengeluarkan Rp 1.2 jt/kap/tahun sedangkan rata2 pengeluaran secara nasional hanya Rp. 800 rb/kap/tahun. Keadaan ini diperjelas dengan nilai konsumsi umbi2an di Maluku yang mencapai 4 kali lebih banyak secara nasional.
Pernyataan ini disampaikan Asep Riyadi selaku Kepala BPS Provinsi Maluku saat diijinkan memberikan informasi terkait Inflasi saat Rapat Koordinasi TPID Provinsi Maluku yang diselenggarakan oleh pemda Maluku pada hari Rabu, 7 April 2021. Rapat Koordinasi TPID perdana di tahun 2021 ini dibuka oleh Sekda Maluku Kasrul Selang. Pada kesempatan ini Sekda juga menyampaikan hasil kunjungan beliau ke BPS Provinsi Maluku beberapa waktu lalu, terkait tingginya kemiskinan di Maluku dibandingkan kemiskinan di provinsi saudara kita Maluku Utara.
Pernyataan yang disampaikan Asep Riyadi maupun Kasrul Selang diatas hanyalah sedikit informasi yang diperoleh dari hasil Susenas yang dilakukan BPS selama ini untuk menghitung tingkat kemiskinan secara makro di Indonesia.
Lanjut Asep Riyadi, Maluku dengan potensi umbi2an yang cukup banyak, seharusnya mudah dan murah untuk dijangkau masyarakatnya. Kenyataan yang ada, harga umbi2an (Keladi, Patatas/ubi jalar dan kasbi/Ubi Kayu) bisa mencapai 11rb-23rb/kg, bahkan umbi2an ini pernah beberapa kali menjadi pemicu inflasi di Kota Tual.
Kemudian katanya pula, masyarakat Maluku mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk sekedar mendapatkan bumbu dapur seperti daun bawang, cabe, sereh dll yang sebenarnya bisa ditanam sendiri, sehingga tidak memerlukan import dari daerah lain yang akan berdampak pada harga jual.
Pergerakan harga sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat. Bayangkan jika, beberapa bahan dapur dan kebutuhan umbi2an sudah disediakan secara mandiri oleh masyarakat, maka beban pengeluaran masyarakat untuk pangan bisa berkurang sehingga uangnya bisa dialihkan untuk menunjang kebutuhan lainnya seperti pendidikan anak dsb.
Sesaat sebelum penutupan, Kepala Biro Perekonomian Pemprov Maluku Justini Pawa menambahkan informasi kesehatan terkait pernyataan Asep Riyadi tentang tingginya konsumsi karbohidrat. Dikatakan oleh Dr. Tini, bahwa konsumsi karbohidrat yang berlebihan akan berdampak pada kesehatan seseorang (diabetes, jantung, obesitas,dll), yang tentunya pada kondisi saat ini akan sangat rentan jika terkena virus Covid-19.
Kegiatan rapat ditutup oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Meggy Samson pada pukul 12.20 WIT.