Ketahanan pangan atau istilah kerennya food secure sangatlah penting karena
menyangkut keberlangsungan hidup rakyat banyak dan ketahanan pangan selalu
menjadi prioritas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, seiring laju
pertumbuhan penduduk meningkat yang mengakibatkan kebutuhan terhadap komoditi pangan
juga melampaui ketersediaan pangan di daerah yang pada akhirnya membuat harga
beberapa komoditi pangan seperti beras, jagung, ketela pohon, ketela rambat
dll. mengalami kenaikan harga/inflasi yang berdampak pada daya beli masyarakat.
Beranjak dari itu semua, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku
menyelenggarakan kegiatan Forum OPD Ketahanan Pangan Provinsi Maluku Tahun 2021
yang dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Maluku Bidang Ekonomi Pembangunan dan
Keuangan pada hari Selasa 23 Maret 2021 bertempat di Manise Hotel.
Seusai acara pembukaan, dilanjutkan pemaparan
dari beberapa Narasumber terkait diantaranya BAPPEDA Provinsi Maluku, BPS Provinsi
Maluku, M. Sofiyan Sohilauw mewakili Perum BULOG Kanwil. Maluku dan Malut.
serta dari Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Wardis Girsang, PhD. Kepala
BAPPEDA yang diwakili oleh Ilham Tauda, SP., M.Si. dalam paparannya mengulas
lagi potensi pertanian di Maluku yang berdasarkan data BPS, kontribusi PDRB Triwulan
IV-2020 (q to q) terhadap ekonomi Maluku terbesar sebesar 24,48 persen dan
tumbuh 1,31 persen walaupun di masa pandemi. Pak Ilham juga menggarisbawahi
masih rendahnya akses masyarakat terhadap sumber-sumber pangan, belum adanya
penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dan rendahnya produktivitas
pangan strategis dan pangan lokal. Hal-hal
ini juga tertuang dalam permasalahan dan tantangan pada RPJMD 2019-2024.
Selanjutnya Kepala BPS Provinsi Maluku Asep
Riyadi, S.Si., M.M. saat awal paparannya sangat mengapresiasi kegiatan ini yang
menghadirkan para Narasumber yang berkompeten di bidangnya, dari sisi perencana
ada BAPPEDA, distribustor/operator hadir Bulog, sebagai penyedia data ada BPS
dan pihak akademisi/peneliti juga turut hadir Fakultas Pertanian Unpatti,
sehingga melalui forum ini terjalin kolaborasi dan sinergi dari berbagai
pemangku kepentingan untuk mewujudkan
ketahanan pangan yang lebih optimal dan berkelanjutan. Pak Asep juga memberikan
gambaran kondisi data pangan terkini mulai data luas bahan baku sawah (LBS)
yang digunakan sebagai dasar penghitungan luas panen padi, luas panen padi yang
bersumber dari Kerangka Sampel Area (KSA) padi, produksi padi, produksi beras,
produksi dan konsumsi beras dsb. Walaupun tahun 2021 terjadi pandemik Covid-19,
sektor pertanian tetap menunjukan geliatnya. Hal ini terbukti dimana luas panen
yang meningkat 2,69 ribu hektar (10,36 persen) dibanding 2019, produksi padi
juga meningkat sebesar 12,19 ribu ton atau 12,41 persen gabah kerig giling
(GKG) dibanding 2019 kenaikan ini setara dengan 6,79 ribu ton beras untuk
konsumsi pangan penduduk di Maluku. Hal yang sama juga dengan produktivitas
yang meningkat sebesar 0,07 ton per hektar (1,88 persen) disbanding 2019.
Kabupaten sebagai penyumbang utama terjadinya peningkatan luas panen dan
peningkatan produksi pada 2020 yaitu Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur yang
juga dikenal sebagai sentra penghasil padi di Maluku, ucap Pak Asep. Selain
data produksi padi, Pak Asep juga menyampaikan data produksi palawija antara
lain produksi ubi kayu sebesar 93.425,3 ton, ubi alar sebesar 23.772,2 ton,
jagung sebesar 17.707,0 ton, kacang tanah sebesar 1.188,7 ton, kacang hijau
sebesar 595,9 ton dan kedelai sebesar 3,1 ton (Sumber : Data Olah Survei Ubinan
dan Data Olah SIMPT BPS dan Dinas Pertanian Provinsi Maluku). Pada tahun 2020,
rata-rata konsumsi perkapita beras di Maluku
selama setahun sebesar 74 kg dibawah rata-rata Nasional yang sebesar 77,
41 dan konsumsi umbi-umbian terbesar adalah ketela pohon/singkong sebesar 11,32
kg/kapita setahun diatas rata-rata Nasional yang hanya 4,76 kg/kapita setahun.
Rata-rata pengeluaran orang Maluku untuk beras mencapai Rp.
949.868/kapita/tahun diatas Nasional Rp 756.655 /kapita/tahun
dan konsumsi ketela pohon/singkong
sebesar Rp 74.544,-/kapita/tahun jauh diatas Nasional sebesar sebesar Rp
19,622,- /kapita/tahun. Merujuk data yang disajikan diatas, Pak Asep menyoroti
harga komoditas padi-padian dan juga umbi-umbian yang harganya mahal jika
dibandingan daerah lain, untuk itu melalui forum ini agar wacana peningkatan
produksi umbi-umbian secara besar-besaran dengan program strategis dan berkelanjutan
yaitu penanaman palawija baik itu singkong, ketela rambat, talas/keladi, sagu
sebagai makanan pokok orang Maluku dan umbi-umbian lainnya di daerah potensi
dimana lahan kering yang tersedia masih sangat luas dan subur, diharapkan
kedepannya dengan permintaan pasar yang tinggi terhadap komoditi umbi-umbian
dengan adanya produksi yang melimpah harga di pasaran juga bisa terjangkau
sehingga pengeluaran penduduk yng tadinya hanya untuk belanjakan makanan dapat
dialihkan untuk pengeluaran non makanan seperti biaya pendidikan, kesehatan,
sandang/papan dsb.
Pada akhir paparannya, Pak Asep mengatakan bahwa
BPS Provinsi Maluku siap berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak
dalam upaya mewujudkan percepatan pemulihan ekonomi dan ketahanan pangan
masyarakat.